Kamis, 03 November 2011

pendahuluan proposal peran industri


A. Latar belakang
            Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan umumnya bekerja disektor pertanian. Padahal konstribusi sektor pertanian terhadap produk domistik bruto dan penyerapan tenaga kerja semakin menurun, konstribusi pertanian terhadap produk domestik bruto pada tahun 1992 mencapai 34 % akan tetapi pada tahun 1993 turun menjadi 19% akan tetapi sektor pertanian masih dibebani lebih dari 0 tenaga kerja .sebaliknya Pada sektor industri hanya menampung 23 tenaga kerja.Padahal sumbangan terhadap domestik Bruto meningkat dari 9,2 % menjadi 21 %[1].
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terencana, menyeluruh, terarah dan terpaduh dalam upaya untuk mencapai masyarakat adil dan makmur serta mensejahterakan bangsa-bangsa lain didunia. Pembangunan ekonomi di Indonesia dalam beberapa tehun terahir ditunjukkan oleh kegiatan ekonomi masyarakat yang semakin dinamis. Kemajuan diberbagai bidang dan kegiatan saling berkaitan telah memberikan dampak terhadap peningkatan produksi, pendapatan, serta perluasan kerja[2].
Sampai saat ini, pembangunan pertanian di Indonesia tampaknya mengikuti pola pembangunan pertanian pada Negara-negara berkembang pada umumnya. Peran sektor pertanian dalam proses transformasi struktur dapat diamati dalam berbagai hal. Misalnya, sumbangannnya terhadap pendapatan nasional (GDP), terdapat nilai ekspor dalam menyediakan kesempatan kerja dan pangan bagi masyarakat.
Sektor pertanian hingga kini masih menjadi sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk. Sampai dengan tahun 1990 sektor pertanian merupakan penyumbang utama dalam membentuk domestik Bruto. Namun sesudah itu posisi tersebut di ambil alih oleh sektor industri. Hal ini sesungguhnya memperhatikan, bukan karena sektor pertanian tidak berkembang, melainkan mengingat masih demikian besarnya proporsi tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut. Tambahan pula kualitas sehingga produktivitasnya rendah pada gilirannya pendapatan mereka juga rendah[3].
            Lahan pertanian merupakan faktor produksi utama dalam menyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan petani tersebut. Ternyata kondisinya terus menurun dengan cepat. Pada tahun 2001 bahwa lahan luas yang dikuasai petani pengguna lahan berkurang dari 18,35 juta hektar sedangkan pada tahun 2002 menjadi 17,5 juta hektar. Pada tahun 2001 luas lahan yang dikuasai rumah tangga petani berkurang 0,48 juta hektar dari 5,72 hektar menjadi 5,24 juta hektar[4].
            Berdasarkan uraian mengenai pentingnya lahan pertanian bagi penyerapan tenaga kerja dan pendapatan petani serta kondisi menurunnya lahan pertanian seperti yang telah dipaparkan di muka, maka dengan demikian sempitnya lahan pertanian oleh rumah tangga petani berarti semakin terbatasnya tenaga kerja dan pendapatan rumah tangga petani di pedesaan.
            Peran industri rumah tangga akan semakin penting apabila di sektor pertanian terjadi pergeseran dan mekanisme di usaha bidang tani. Keadaan ini memungkinkan sebagai alternative yang dapat di ambil adalah memasuki industri kecil atau industri rumah tangga. Pilihan tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa industri kecil tidak membutuhkan pendidikan dan keterampilan tinggi serta modal yang dibutuhkan relative kecil[5].
            Industri tokek merupakan terobosan pertama bagi masyarakat tegalsiwalan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mengingat pada sektor pertanian sudah tidak bisa memenuhinya lagi, ada beberapa industri tokek didesa tegalsiwalan yang merupakan industri kecil yang umumnya dikerjakan oleh beberapa orang yang menjadi kariawannya.
            Masyarakat Tegal siwalan sebagian besar penduduknya bekerja menjadi kariawan pada industri pengolahan tokek di dekat rumahnya mengingat pada sector pertanian tidak mencukupi untuk keperluan hidupnya, maka dari itu dari beberapa teori diatas peneliti tertarik meneliti tentang “ PERAN INDUSTRI PENGOLAHAN TOKEK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA TEGALSIWALAN KABUPATEN PROBOLINGGO”.


[1] Boediono, 1993,Teori Pertumbuhan Ekonomi ,Yogyakarta: BPFE, hal. 21.
[2] Sukirno Sadono, 1999,Ekonomi Pembangunan ,Medan: Borta Gora, hal. 60
[3] Dumairy,1997, Perekonomian Indonesia,  Yogyakarta : Erlangga, 1997, hal. 206-207.
[4] Mubyarto, 2001,Pengantar Ekonomi petani, Jakarta: LP3ES, 2001, hal, 105.
[5] Ibid, hlm 355

Tidak ada komentar:

Posting Komentar